APA
PENTINGNYA UJIAN NASIONAL
Oleh : Susilawati

Ujian memang menjadi sebuah
keniscayaan dalam pendidikan apapun. Jika kita belajar di sekolah untuk
naik kelas, kita harus melewati serangkaian ujian. Ujian (ulangan) rutin per
materikah, ujian tengah semesterkah, ujian akhir semesterkah, dengan hasil
ujian (ulangan) itu dicantumkan dalam nilai tertentu yang diakhir semester
dalam bentuk raport. Prestasi belajar siswa secara periodik dapat terpantau,
apakah pembelajaran yang dilakukan didalam kelas melalui kinerja seorang guru
memiliki daya serap yang baik atau tidak dimata anak didik.
Kita tentu boleh bertanya, bahwa
semua proses belajar mengajar yang dilakukan dalam kelas, dimana terjadi
interaksi yang intensif secara tatap muka antara guru dengan murid, apakah pada
akhirnya harus ditentukan eksekusi akhirnya melalui sebuah ujian nasional?
Bukankah perjalanan selama 3 tahun dan 6 semester itu juga telah melewati
berbagai rangkaian ujian? yang prestasi belajar siswa dapat terlihat dengan
jelas sejauhmana perkembangan dan peningkatannya.
Ada banyak kasus, seorang siswa yang
sebenarnya dalam keikutsertaannya dalam proses belajar keseharian memiliki
tingkat kepintaran yang lebih, daya tangkap yang bagus, selalu mendapatkan
nilai unggul dan ranking kelas yang baik. Tapi pada saat mengikuti ujian
nasional, dia dinyatakan tidak lulus. Sementara siswa yang boleh dibilang dalam
pembelajaran sehari biasa-biasa saja, nilai yang cenderung kurang dan raport
merah terus, bahkan naik kelasnya pun terpaksa dan dipaksakan, akan tetapi saat
ujian nasional dia lulus.
Format dan sistem ujian nasional,
memang sebuah konsep yang bagus dan ideal, namun dalam kenyataannya, hasil UN
siswa sangat ditentukan juga oleh bagaimana sang guru mampu secara tuntas
menumpahkan materi pembelajaran sehingga benar-benar dikuasai dan dipahami anak
didik. Adonan peserta didik di tiap daerah seluruh Indonesia tentu takkan
mungkin sama, antara siswa Jakarta dan siswa di daerah papua tentu berbeda,
namun dalam hal penentuan soal ujian disamakan secara nasional. Jika seorang
anak tidak lulus UN, maka pihak guru dan sekolah juga harus ikut
bertanggungjawab. Bukankah proses pembelajaran itu dilakukan dalam tiga tahun?
dengan berbagai format ujian yang dilakukan oleh sekolah.
Saat ini, dalam memori siswa, UN
seolah menjadi momok yang sangat menakutkan. hasil UN itu akan merontokan
secara serta merta perjuangan peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran di kelas, jika kenyataan pada akhirnya dalam UN dia tidak lulus.
Sementara resiko tidak lulus UN akan merontokkan motivasinya untuk dapat masuk
di perguruan tinggi, secara mental dan psikologis dia akan jatuh. Sementara
pada sisi yang lain, kesempatan yang diberikan oleh pemerintah paling hanya
meneruskan melalui program paket C.
Selain itu, pelaksanaan UN juga
disinyalir masih diwarnai praktik-praktik tidak terpuji. Guna meluluskan 100
persen anak didiknya, tak sedikit guru atau pihak sekolah membagikan kunci
jawaban, saling contek, hingga melakukan pembiaran-pembiaran terjadinya
kecurangan.
Perlu pembenahan lebih lanjut di
tingkat para pemegang kebijakan urusan pendidikan. Peningkatan kualitas guru,
ketersediaan buku-buku penunjang belajar peserta didik, metode pembelajaran,
hingga amatan akan suasana mental dan psikologis siswa. Banyak sekolah dan guru-guru
yang ikut stress memikirkan UN ini, jika sebuah sekolah ada yang tidak lulus,
maka rontoklah image sekolah tersebut. Jika ada sekolah yang siswanya lulus
semua, kadang orang juga bertanya-tanya, jangan-jangan ada permaianan di
dalamnya.
Saya tak bermaksud menghakimi, cuman
pemberitaan media beberapa waktu lalu pernah mengangkat berbagai kejadian yang
memilukan, misalnya ketika seorang anak SD yang dalam UN tak mau berbagi
contekan ke teman-temannya, dan mengakui secara jujur akan apa yang dilakukan
oleh gurunya, si anak dan orang tuanya yang malah disalahkan, didemo, dan
diintimidasi, hingga sang anak dan orang tuanya harus pindah tempat tinggal.
Kejujuran menjadi sesuatu yang teramat mahal dalam praktek dan upaya pencaaian
target kelulusannya.
Tapi memang UN itu menjadi satu dari
sekian cara yang dilakukan pemerintah demi ikhtiarnya meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, namun tekad ke arah sana memang perlu dibarengi dengan
semangat kejujuran dan peningkatan profesionalitas sang guru juga. Sehingga
ketika semua siswa lulus UN, maka kita harus dengan bangganya mengatakan,
karena memang guru-guru di sekolah itu sangat berkualitas dan profesional dalam
mendidik dan mengajar peserta didik dan ajarnya tersebut.
Dari sinilah kita harus berangkat, bahwa UN memang
penting, tapi menjalankan UN dengan jujur juga sangatlah penting, memaksimalkan
kelulusan memang penting, tapi menyelesaikan secara tuntas proses pembelajaran
dengan kondisi guru-guru yang berkualitas juga penting.
Alamat
penulis : SMA Negeri 1 Tugu