Solusi Pendidikan Indonesia
Susi, 25 maret 2012
Terpikirkah kita sesulit apakah permasalahan yang sedang dihadapi siswa-siswi sekolah dasar dan menengah di sekolah mereka? Setiap hari mereka dihadapkan pada berbagai macam mata pelajaran dan dituntut untuk mendapatkan nilai yang baik. Belum lagi bagi remaja sekolah di Ibukota Jakarta yang dihadapkan pada kondisi lalu-lintas yang macet di mana-mana saat mereka pergi dan pulang sekolah. Di satu sisi memang kondisi yang seperti ini akan membuat mereka lebih dewasa dalam menghadapi berbagai persoalan. Namun saat mereka gagal menghadapi dan mengatasi persoalan, justru bukan hal positif yang didapatkan tapi akan lebih memperburuk permasalahan.
Jika kita perhatikan, saat ini banyak Taman Kanak-Kanak yang memberikan fasilitas pendidikan anak yang mewah, kemudian menjamin murid-murid Taman Kanak-Kanak bisa menulis, membaca dan berhitung setelah mereka lulus. Naifnya lagi semakin banyak juga Sekolah Dasar favorit yang mensyaratkan murid-murid barunya sudah bisa menulis, membaca dan berhitung. Mungkin sebagian orang tua bangga dengan itu, namun bagi anak-anak mungkin sekali mereka mengalami depresi dan kita tidak mengetahuinya.
Belajar Musik
Sebenarnya, di usia anak-anak seperti itu yang mereka butuhkan adalah kebebasan berekspresi dan bermain sehingga perkembangan emosional si anak akan berkembang maksimal. Biarkan anak-anak di usia Taman Kanak-Kanak belajar berekspresi dengan menggambar, bernyayi dan bermain sebagaimana anak-anak seharusnya. Tidak dengan dipaksa harus bisa membaca, menulis dan berhitung. Biarkan mereka berekspresi dengan bercerita ke guru dan teman-temannya tentang berbagai hal yang mereka tahu dan alami. Hal ini akan memupuk rasa percaya diri si anak untuk mengemukakan pendapat sejak dini di hadapan guru dan teman-temannya.
Menumbuhkan minat baca tulis anak-anak paling baik dilakukan oleh orang tua dengan rutinitas membacakan buku-buku cerita bergambar. Rutinitas membacakan buku-buku cerita ke anak-anak ini sekaligus juga akan memupuk keterbukaan komunikasi antar orang tua dan anak. Setelah sang anak terbiasa bebas berekspresi dan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya barulah mereka belajar menulis sehingga saat mereka bisa menulis bukan lagi ‘ini ibu budi’ atau ‘ini adik budi’ yang mereka tulis, namun mereka akan menulis apa yang mereka lihat dan pikirkan.
minat baca anak
Ke depan di jenjang pendidikan selanjutnya, si anak akan lebih terfokus untuk mempelajari sesuatu yang benar-benar mereka sukai. Anak yang suka melukis akan terfokus dengan kurikulum khusus melukis, anak yang suka musik akan terfokus dengan kurikulum musiknya. Anak yang suka matematika akan mempelajari matematika dengan porsi lebih besar daripada pelajaran biologi. Pelajaran biologi yang mereka pelajari pun pelajaran biologi khusus untuk si anak matematika, tentunya akan berbeda dengan bobot dan porsi anak yang terfokus belajar biologi. Demikian pula sebaliknya. Bukan seperti yang ada sekarang ini, semua pelajaran harus dikuasai, semua pelajaran diberikan dengan porsi dan bobot yang sama. Kalaupun ada yang bisa menguasai semua pelajaran hampir dipastikan si anak akan tidak tahu harus kemana setelah mereka lulus.
Sistem pendidikan seperti ini akan menghasilkan orang-orang yang benar-benar ahli di bidangnya, ‘the right man on the right job’. Sistem pendidikan seperti ini akan secara drastis mengurangi pengangguran dan akan banyak menciptakan lapangan kerja karena setiap orang tahu benar apa yang harus mereka kerjakan.
Siapkah Indonesia berubah ke arah sistem pendidikan lebih baik?
written by susi, SMA 1 Tugu, Trenggalek
sangat setuju kita tampil sesuai bidang itu malah lebih baik drpada multibidang tarulah jadi ilmu jd ngambang kaaaan
BalasHapusmkash pak komennya.......yang jelas buatlah anak berkembang sesuai umur dan kemampuan.....
BalasHapus