MEREFLEKSIKAN
KEMBALI MAKNA IDUL FITRI

Oleh
Susilawati
Berakhirnya Bulan Ramadhan umumnya
dirayakan dengan kegiatan-kegiatan kesukariaan. Di sepuluh hari terakhir yang
harusnya kita tingkatkan amalan ibadah, kita justru disibukan dengan
mengunjungi pusat perbelanjaan. Kita membeli berbagai macam kebutuhan, baik
makanan, pakaian, perabot rumah, dan lain sebagainya. Ironisnya, kebanyakan
hal-hal yang kita beli itu kurang begitu bermanfaat, atau sekedar untuk pamer.
Selain boros dalam hal makanan, hari
lebaran juga lebih banyak dihabiskan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata.
Akibatnya, dari awal sampai satu minggu di hari lebaran tempat wisata penuh
sesak dengan kaum muslimin yang berwisata. Akibatnya, masjid dan mushola
terlupakan kembali. Inilah bentuk kegagalan kita selama berpuasa.
Kenyataan ini menjadi sebuah
ironisme yang sering kita lakukan saat Hari Raya Idul Fitri. Waktu-waktu yang
membahagiakan itu tidak digunakan secara maksimal untuk sesuatu yang
bermanfaat, tetapi justru untuk kegiatan sia-sia. Yang menjadi pertanyaan, apa
yang harus kita lakukan di hari yang suci ini? Bagaimana cara menjaga agar
puasa kita memberi makna dalam kehidupan?
Idul Fitri diartikan sebagai hari
pembebasan, hari dimana kita disucikan kembali dari berbagai noda dan dosa yang
telah dilakukan sebelumnya. Berakhirnya Bulan Ramadhan ibaratnya kita telah
selesai bertapa. Seperti seekor ulat yang bertapa dalam kepompongnya, orang
yang selesai melaksanakan puasa akan mengalami perubahan, baik fisik maupun
mental. Seekor ulat sebelum menjadi kupu-kupu nampak menakutkan dan menjijikkan.
Jalannya pelan, bentuknya mengerikan, makanannya dedaunan. Ulat yang menjijikan
itu jika dipegang dapat menimbulkan iritasi atau gatal-gatal. Namun demikian,
setelah selesai bertapa dalam kepompong, ia akan berubah menjadi kupu-kupu. Ia
berubah menjadi seekor binatang yang indah dipandang, jalannya lebih ringan
karena bisa terbang, makannya pun sari madu yang sangat nikmat dan menyehatkan.
Begitulah ibaratnya, orang yang
berpuasa. Manusia yang telah selesai menunaikan ibadah puasa hendaknya menjadi
manusia yang lebih menarik. Akhlaknya menjadi baik, tutur kata, dan
perbuatannya menjadi indah. Pola makan dan gaya hidupnya berubah, terkendali
dan teratur. Sehingga ia menjadi manusia yang diharapkan oleh Allah, yaitu
bertakwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang menarik dalam segala hal.
Segala kata dan perbuatan jauh dari sifat permusuhan, tetapi mendatangkan
kesejukan dan manfaat bagi kehidupan.
Jika lebaran kali ini kita masih
menjalankan rutinitas yang tidak bermanfaat tentu kita belum bisa seperti kupu-kupu.
Penggemblengan kita gagal karena tidak mencapai apa yang sesungguhnya
diharapkkan. Puasa yang kita lakukan telah sia-sia karena tidak berpengaruh
pada pola pikir dan tingkah laku kita.
Apa yang harus dilakukan seusai Bulan Ramadhan?
Pertama, mempererat tali
silaturahmi. Wujud dari kuatnya ikatan emosional atau ikatan kekeluargaan
adalah adanya komunikasi yang lancar. Hal ini juga dibuktikan dengan aktivitas
saling mengunjungi. Kegiatan ini, di pedesaan masih sangat erat dan membudaya,
tetapi untuk diperkotaan sudah sangat langka. Kegiatan saling mengunjungi akan
mempererat ukhuah islamiah. Baik dengan saudara dalam arti hubungan
darah, maupun dengan saudara sesama muslim. Aktivitas bersilaturahmi akan
memberikan dampak yang sangat besar dalam kehidupan, karena dengan adanya
persaudaraan yang kuat akan ada perasaan saling membutuhkan. Dengan demikian,
kehidupan ini akan terasa indah dengan adanya persaudaraan.
Kedua, menjaga diri dari perbuatan
yang sia-sia. Perbuatan sia-sia adalah perbuatan yang kurang mengandung
manfaat. Kebiasaan berfoya-foya dengan makanan berlebihan adalah salah satu
kebiasaan buruk yang sering dilakukan umat muslim saat lebaran. Saat lebaran
tiba, berbagai makanan kita sediakan dengan jumlah yang sangat melimpah. Bukan
hanya itu, kita pun sering membuang makanan yang terlalu banyak untuk
dihabiskan. Kita lebih suka membuang makanan ketimbang memberikannya kepada
orang lain yang membutuhkan. Padahal masih banyak saudara-saudara kita yang
kesulitan mendapatkan makanan.
Selain berlebih-lebihan dalam hal
makanan, kita juga sering berlomba-lomba dengan apa yang kita miliki dengan
maksud pamer. Baju baru, perabot rumah, dan kendaraan yang mewah selalu kita
bangga-banggakan. Dengan demikian adanya idul fitri justru kita jadikan sebagai
ajang pamer kemegahan dan kekayaan. Hal ini tentu akan merusak amalan ibadah
kita selama Bulan Ramadhan yang diharapkan akan mengurangi kebiasaan buruk
tersebut.
Ketiga, perbanyak bersyukur kepada
Allah. Bersyukur kepada Allah atas semua rezeki yang kita nikmati selama hidup
adalah kewajiban kita. Apalagi dengan dipertemukannya kita dengan bulan
ramadhan adalah anugrah yang luar biasa bagi umat muslim. Pada bulan inilah
satu-satunya kesempatan bagi kita memperbanyak bekal bagi kehidupan kita. Pada bulan
ini, Allah menganugrahkan berbagai kemudahan dan barokah yang berlimpah kepada
umat manusia. Oleh karena itu, dengan bersyukur kepada Allah, maka Allah akan
menambah segala nikmat yang kita terima.
Keempat, meningkatkan kinerja dan
produktifitas. Pada saat puasa kita dilatih bersabar dan menyesuaikan diri.
Dalam kondisi lapar kita diharapkan tetap beraktivitas seperti biasa, bahkan
harus memperbanyak ibadah-ibadah sunnah. Oleh karena itu, seusai puasa,
harapannya kebiasaan baik itu tetap terjaga dalam kehidupan kita. Jika saat
lapar saja kita bisa banyak melakukan aktivitas yang super banyak, diluar puasa
tentunya akan lebih banyak hal yang dapat kita lakukan.
Keempat hal itulah yang harus kita lakukan dalam
mengarungi kehidupan setelah berpuasa. Adanya perubahan diri yang lebih baik
dari sebelumnya adalah keharusan setiap muslim yang mencapai derajat takwa,
yaitu seorang muslim yang lebih indah dari sebelumnya. Setelah berakhirnya
puasa, kita akan menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri kita.
Kita harus membakar sifat culas, curang, iri, dengki, sombong dan segala sifat setaniah
yang ada di dalam diri kita. Semoga kita adalah bagian dari orang-orang
yang dikategorikan berhasil dalam meraih tujuan puasa tersebut, yaitu menjadi
orang yang lebih baik di bandingkan
sebelum menjalankan ibadah puasa. Amin.....
Penulis adalah Guru SMA Negeri I Tugu Trenggalek
Alamat : susisusilawati83@rocketmail.com
Hp :
085234842721